Kebutuhan akan gas dan listrik yang dikeluhkan karena sebagian masyarakat karena harganya melambung tak berlaku bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Puuwatu, Kendari. Masyarakat di sini tak perlu lagi berkeluh kesah saat gas mengalami kelangkaan atau pun tarif listrik naik. Sebab di kampung ini semuanya sudah dapat diperoleh secara mandiri.

Kampung mandiri energi merupakan program inovasi andalan pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Di pemukiman ini penerangan dan kompornya menggunakan gas metan. Gas metan ini dihasilkan dari Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Puuwatu.

Energi Dari Tempat Sampah

Sejak tahun 2013, pemerintah memulai membangun sebuah kawasan yang bernama kampung mandiri energi. Terdapat sekitar 200 unit rumah untuk para pemulung yang tinggal di sekitar TPA Puuwatu. Selain dihuni para pemulung, kompleks ini diperuntukkan bagi para petugas pengangkut sampah dinas kebersihan kota Kendari (pasukan kuning) yang belum memiliki rumah sendiri. Di setiap rumah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas yang didukung dengan penggunaan gas metan, seperti kompor dan genset yang menggunakan gas metan.

Tercetusnya program membuat kampung mandiri energi berawal dari upaya dinas kebersihan yang sukses memanfaatkan gas metan yang terdapat dalam tumpukan sampah di TPA Puuwatu. Dinas kebersihan kemudian mencoba membagi hasil gas metan itu pada masyarakat, namun sayang pemukiman warga sangat jauh dari TPA. Dinas Kebersihan Kota Kendari bersama Dinas Sosial, Tata Kota dan Perumahan dan Dinas Kebersihan lantas membangun kampung mandiri energi tersebut.

Inovasi yang dilakukan pemerintah Kota Kendari dalam mengembangkan sampah menjadi gas metan membuat warga sekitar TPAS bisa mandiri energi

Ide mengembangkan TPAS Puuwatu cukup sederhana yakni mengubah paradigma masyarakat bahwa sampah dari barang yang jorok menjadi sesuatu produk yang bermanfaat. Pada sisi lain, pertumbuhan kota Kendari cukup pesat lima tahun terakhir. Pertumbuhan ini melahirkan sejumlah masalah, salah satunya degradasi lingkungan yang disebabkan persoalan sampah.

Program ini mulai dirintis sejak tahun tahun 2008, saat pemerintah Kota Kendari melalui kolaborasi dinas kebersihan dan badan lingkungan hidup kota Kendari melakukan kajian memanfaatkan potensi gas metan yang dihasilkan oleh tumpukan sampah melalui teknik pemasangan ventilasi gas secara sederhana.

Setelah beberapa kali studi banding dan peningkatan kapasitas aparat dinas kebersihan yang difasilitasi Kementerian Pekerjaan Umum, tahun 2011 dimulailah uji coba pemanfaatan gas metan sebagai sumber energi terbarukan. Hasilnya kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan khusus di TPAS seperti sumber listrik alternatif dan bahan bakar rumah tangga.

Baru pada tahun 2013, Dinas Kebersihan mendapat alokasi dana Rp 150 juta untuk menambah kapasitas mesin pembangkit listrik dan pemasangan instalasi perpipaan untuk kebutuhan warga di kampung mandiri energi yang lokasinya tidak jauh dari kawasan TPAS.

Selama ini persoalan sampah yang membuat wajah ibu kota Sultra ini tidak bersih dan tidak hijau. Beragam aksi pemanfaatan sumber daya energi yang efisien dan ramah lingkungan coba dilakukan. Di antaranya, membuat wisata pengelolaan gas metan tempat pembuangan akhir (TPA) dan kampung mandiri energi Puuwatu. Selain itu, Pemkot Kendari meluncurkan mobil berbahan bakar sampah. Dan, satu lagi terobosan yang ada yakni membuka wisata di tempat pembuangan sementara (TPS) energi komunal Paddys Market (sentra PKL Jalan Lawata, Puuwatu).

Untuk menghasilkan gas metan, ditempat ini belum menggunakan teknologi tinggi, tetapi cukup dengan teknologi sederhana. Proses penangkapan gas metan dari dalam tumpukan sampah melalui pipa penyalur hingga mengeluarkan gas ke permukaan yang bisa digunakan langsung oleh masyarakat. Pipa penyalur tersebut ditancapkan dengan kedalaman tertentu. Setelah tertancap, gas yang terambil itu mengalir ke sistem pemisah gas di pipa terminal utama.

Saat ini, pemanfaatan sampah di TPAS Puuwatu menjadi gas metan masih terbatas, karena belum bisa dimanfaatkan masyarakat secara luas, tetapi itu akan menjadi tujuan jangka panjang. Selain untuk kebutuhan kompor gas, gas metan ini juga sebagai bahan bakar genset untuk penerangan sekitar TPAS Puuwatu ini.

Pengelolaan gas dari TPAS merupakan salah satu langkah untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan akibat penumpukan gas rumah kaca. Hampir 50% gas yang ditimbulkan akibat degradasi sampah secara anaerob adalah gas metana. Selain dengan cara dibakar, penghancuran gas metana dapat pula dilakukan dengan pembangkit listrik berbahan bakar gas metana.

Wisata Edukasi di Tempat Sampah

Selain memanfaatkan sampah menjadi gas metan, TPAS Puuwatu juga dikembangkan menjadi tempat wisata. Ini sekaligus mengubah paradigma orang yang selama mengatakan bahwa tempat sampah itu identik dengan bau busuk dan kotor.

Maklum, saat mendengar tentang Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) yang terlintas di benak kita suatu kawasan yang jorok, bau, kumuh dan kesan tidak ingin berlama-lama di area tersebut. Kesan ini akan sirna saat masuk ke TPAS Puuwatu sebab tak terlihat pemandangan gunungan sampah. Bahkan bau busuk menyengat pun tak tercium di TPA seluas 18 hektare. Lokasinya tertata rapi, hijau, dan sejuk. Wilayah berbukit dibagi beberapa kluster. Gundukan sampah berdimensi sekitar 10 x 20 meter tertutup lapisan membran menyerupai terpal.

Di beberapa titik kubangan berdiri belasan pucuk pipa paralon berdiameter 15 sentimeter tersebar. Pada bagian pangkal bawah tersambung paralon berdiameter 5 sentimeter. Arahnya memanjang seperti pipa air PDAM. Sebagian tampak di atas permukaan tanah dan sebagian lagi terpendam. Arahnya ke 136 rumah-rumah di kampung mandiri energi dan sebagian ke showroom pantau TPA wisata Bougenville di puncak bukit Puuwatu. Ratusan rumah sengaja didirikan di kampung mandiri energi itu. Rumah petak disediakan untuk pemulung yang tinggal di seputar TPA Puuwatu.

Kesan kagum biasanya terungkap dari setiap pengunjung usai meninjau kampung mandiri energi dan wisata TPAS ini. Inovasi yang dilakukan pemerintah Kota Kendari dalam mengembangkan sampah menjadi gas metan untuk pengganti bahan bakar minyak tidak hanya memberikan manfaat bagi kebutuhan warga. Namun, manfaat bagi kelestarian lingkungan juga sangat besar. Kini, masyarakat tak lagi merasa terganggu dengan adanya tumpukan sampah di TPAS Puuwatu namun justru dijadikan sarana edukasi dan wisata.

 

Kampung Mandiri Energi Berkat Sampah

Topik: #energi #kampung #lingkungan #pariwisata #sampah