Penduduk merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi (engine of growth). Penduduk sebagai sumber pertumbuhan dapat diartikan dua hal, yaitu sebagai konsumen dan sebagai produsen atau pelaku aktif pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar, penduduk Indonesia menjadi salah satu konsumen terbesar di dunia. Secara nasional, konsumsi masyarakat memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi.
Sebagai pelaku pembangunan, perubahan struktur penduduk merupakan peluang untuk memanfaatkan penduduk usia produktif untuk berkontribusi dalam menjalankan roda pembangunan. Hal ini tentunya sudah sangat dikenal masyarakat dengan istilah bonus demografi.
Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga dapat menjadi penduduk yang cerdas baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen, pelaku pembangunan.
Pengendalian Angka Kelahiran melalui Program Keluarga Berencana (KB)
Seluruh wilayah di dunia mengalami perubahan struktur penduduk dengan pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan terus mengalami penurunan. Pada tahun 2050, pertumbuhan sudah di bawah 0,2 persen per tahun. Secara global penduduk dunia mengalami penuaan. Namun demikian, terdapat perbedaan cukup lebar antar wilayah Afrika, Asia, dan Eropa. Afrika masih tumbuh dengan kecepatan cukup tinggi. Sementara itu, Asia dan Eropa sudah mengalami pertumbuhan yang negatif.
Salah satu penyebab perubahan struktur penduduk yang cepat adalah penurunan tingkat fertilitas dan mortalitas. Indonesia telah melakukan upaya pengendalian angka kelahiran melalui Program Keluarga Berencana (KB) sejak era 70. Pada era tersebut tingkat fertilitas sebesar 5.61. Melalui program Keluarga Berencana, angka kelahiran turun menjadi 2.28 pada tahun 2015. Program KB berhasil menurunkan jumlah anak per satu perempuan hampir setengahnya dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini menjadikan program KB menjadi salah satu program family planning terbaik di dunia. Salah satunya adalah Program Kampung KB
Program KB secara tidak langsung juga telah berhasil memperbaiki tingkat kesehatan dengan menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBa). Angka AKB dan AKBa turun menjadi 22.23 dan 26.2 pada tahun 2015. Dalam 45 tahun, bukan hanya kedua indikator tersebut yang mengalami perubahan. Manusia Indonesia memiliki usia harapan hidup lebih lama yang semula 55,1 tahun menjadi 70,8 tahun.
Seluruh provinsi mengalami penurunan TFR yang cukup besar selama periode 1971-2015, tetapi tidak semua provinsi mendapatkan momentum perubahan struktur penduduk yang sama. Secara nasional TFR masih sekitar 2,2. Sebagian provinsi, terutama dari Indonesia Bagian Timur, mempunyai TFR di atas 2,1. Beberapa provinsi telah memiliki TFR di bawah 2 dan terus mengalami perubahan yang cukup cepat. Oleh karena itu, selain kebijakan nasional, masing-masing wilayah memerlukan kebijakan regional/khusus untuk dapat memanfaatkan momen perubahan struktur tersebut dalam jangka menengah dan panjang.
Untuk mempertahankan penurunan tingkat fertilitas menjadi 2,1, dilakukan melalui program KB yang konsisten baik di tingkat pusat maupun daerah. Dampak positif program KB secara nyata telah kita rasakan bersama. Beberapa studi menunjukkan bahwa investasi pada program KB memberikan dampak positif pada dua hal pokok: (i) peningkatan kualitas hidup perempuan, keluarga dan masyarakat, dan (ii) peningkatan produktivitas ekonomi yang tercermin dari peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan.
Studi yang dilakukan oleh Population Reference Bureau (PRB): Family Planning Improves the Economic Well-Being of Families and Communities (2010) di Bangladesh menunjukkan bahwa masyarakat yang memperoleh layanan KB, lebih sehat dan lebih sejahtera dibandingkan dengan masyarakat yang hanya memperoleh layanan kesehatan saja tanpa layanan KB. Keluarga yang ber-KB memiliki pendapatan lebih besar, tabungan dan aset lebih banyak, pendidikan yang lebih tinggi, serta kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik.
Penelitian lain dilakukan oleh John Hopkins University terhadap 172 negara menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi mampu menurunkan kematian ibu sampai 44 persen. Laporan PBB juga mencatat bahwa setiap 1 (satu) Dolar pengeluaran untuk KB akan menghemat 2 (dua) sampai dengan 6 (enam) Dolar pengeluaran untuk intervensi pembangunan lainnya. Dengan demikian, sumber daya dapat dioptimalkan untuk mendanai pembangunan di bidang lainnya.
Data tersebut merupakan bukti bahwa investasi di bidang KB merupakan intervensi yang paling cost-effective dan menunjukkan peran KB di dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan keamanan ekonomi perempuan, keluarga, dan masyarakat. Selain itu, manfaat KB tidak berhenti pada peningkatan kesehatan dan produktivitas perempuan/ibu saja, tetapi juga anak dan keluarganya. Jumlah anak yang lebih sedikit memungkinkan investasi pada pendidikan dan kesehatan anak yang lebih besar, pengasuhan anak dapat diberikan lebih optimal sehingga anak-anak yang lahir akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas, produktif dan berkualitas. Generasi inilah yang akan menjadi Generasi Emas dan kekuatan bangsa Indonesia untuk terus maju dan mampu bersaing.
Angka kelahiran dari setiap perempuan sangat bervariasi antar provinsi. Provinsi dengan angka kelahiran kurang dari dua anak menyebabkan pengurangan penduduk produktif di masa depan, sehingga Pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan yang dapat menjaga pertumbuhan penduduk yang seimbang. Beberapa strategi jangka panjang yang dapat dilakukan dalam menjaga keseimbangan penduduk tersebut, antara lain;
Pertama, Pemerintah Daerah perlu mengupayakan angka kelahiran pada tingkat replacement rate.
Kedua, untuk tetap mendukung produktivitas yang tinggi dan mencegah arus perpindahan penduduk yang tidak terkendali, daerah tersebut perlu meningkatkan konektivitas dengan kota-kota satelitnya. Hal ini perlu ditunjang oleh sistem registrasi penduduk yang mumpuni untuk menata dinamika perpindahan penduduk tersebut.
Ketiga, menjamin pendidikan dan kesehatan anak berkualitas serta pengaturan waktu kerja yang fleksibel bagi perempuan dan laki-laki untuk meningkatkan partisipasi kerja lebih luas.
Selanjutnya, di daerah yang memiliki angka kelahiran dan tingkat kematian yang tinggi, seperti Maluku, Papua, NTT, dan Sulawesi Tenggara dalam jangka panjang, Pemerintah Daerah terutama harus terus mendorong pelaksanaan Keluarga Berencana untuk membentuk keluarga sejahtera. Hal ini juga diiringi dengan peningkatan akses pendidikan dan kesehatan serta kepesertaan jaminan sosial perlu dipermudah bagi masyarakat, terutama masyarakat rentan. Pemerintah perlu bekerja sama secara masif dan inovatif dengan pelaku pembangunan di daerah, terutama NGO atau LSM, yang dapat memberikan pemahaman yang positif dari masyarakat untuk dapat secara aktif membentuk keluarga sejahtera.
Perubahan Struktur Penduduk
Perubahan struktur penduduk merupakan momentum yang tepat bagi kita untuk dapat menjadi negara besar. Momentum ini perlu diantisipasi dengan kebijakan yang tepat. Dalam jangka pendek, perlu memanfaatkan kenaikan jumlah penduduk usia produktif melalui peningkatan produksi dan konsumsi. Momentum ini perlu ditindaklanjuti segera, sehingga secara langsung dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan produktivitas harus dimulai dari sangat dini. Kemudian, pendidikan menengah universal diperluas serta didukung dengan peningkatkan akses dan kualitas pendidikan tinggi. Sementara itu, peningkatan investasi harus didukung dengan pengembangan produk tabungan, deposit, saham, dan jenis investasi jangka panjang lainnya. Selain itu, diperlukan juga stabilitas politik dan ekonomi, sistem perbankan dan investasi yang mumpuni, serta sistem pensiun yang berkesinambungan.
Upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045 adalah tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, kolaborasi dan koordinasi antarkementerian/lembaga, antara pusat daerah, dengan pihak swasta dan pelaku usaha, akademisi, mitra pembangunan, masyarakat, serta seluruh pemangku kepentingan lainnya menjadi hal yang harus selalu kita lakukan.
Indonesia telah mengalami perubahan demografi yang cepat dimana jumlah penduduk usia produktif terus meningkat dan mencapai puncak pada sekitar 2030. Dalam periode tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara dengan angkatan kerja terbanyak di Asia. Namun pada saat yang sama, angka ketergantungan mengalami peningkatan karena jumlah penduduk usia tua (65+) meningkat. Hingga pada tahun 2045, Indonesia sudah menjadi aging society dengan perkiraan penduduk tua sudah mencapai 14 persen.
Kebijakan pembangunan penduduk harus memperhatikan empat hal utama.
Pertama, pengendalian jumlah penduduk yang ditunjang pembangunan keluarga. Jumlah penduduk ke depan perlu seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan. Selain itu, perencanaan jumlah penduduk ke depan perlu mempertimbangkan keseimbangan fiskal yang berkesinambungan.
Kedua, peningkatan kualitas perlu diarahkan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan menjadikan mereka menjadi lebih peka terhadap perubahan teknologi dan kondisi global.
Ketiga, penataan persebaran dan pengarahan mobilitas penduduk sesuai dengan kebutuhan setiap wilayah serta mendukung pembangunan daerah yang berkeadilan dan pembangunan perkotaan berkelanjutan.
Keempat, penataan administrasi penduduk, penataan dan pengelolaan database kependudukan. Sinergi penggunaan data catatan sipil dan pengembangan database kependudukan akan menjadi penentu berjalannya kebijakan yang lebih optimal.
Keluarga Berencana: Memberdayakan Masyarakat, Membangun Bangsa