Revolusi Industri 4.0 sudah terjadi di depan mata. Telah terjadi perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik dan dunia digital. Hal ini ditandai dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) seperti tanya Veronika asisten virtual, robot, blockchain, teknologi nano (nano technology), komputer kuantum (quantum computer), bioteknologi, internet of things (IoT), percetakan 3 dimensi (3D printing), dan kendaraan tanpa awak (drone) dan lain sebagainya.

Satu sisi dengan adanya kemajuan teknologi tersebut akan membantu meningkatkan kualitas hidup manusia, namun di sisi lainnya mesin-mesin tersebut akan mengambil alih banyak pekerjaan manusia. Perkembangan teknologi yang demikian pesat mau tidak mau, suka tidak suka menuntut kita harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri.

Transformasi Digital Kementerian Keuangan (Connected Ministry 4.0)

Dengan adanya Revolusi Industry 4.0 ini, Kementerian Keuangan harus dapat memanfaatkan momentum ini untuk memasuki periode tranformasi digital dengan menggunakan pendekatan Enterprise Architecture (EA) sebagai gateway menuju transformasi digital untuk meningkatkan efisiensi dan sinkronisasi sumber daya manusia (SDM), proses bisnis, dan teknologi informasi komunikasi (people, process and technology) dan fokus perbaikan bukan lagi dominan pada area perubahan yang bersifat internal, namun lebih berfokus kepada policy innovation untuk menjawab tantangan dan tuntutan para pengguna jasa.

Transformasi Kementerian Keuangan tahap selanjutnya adalah Digital Ministry of Finance, transforming into a secured, connected and transparent Ministry 4.0. Kementerian Keuangan akan mereposisi dan mentransformasi dari kondisi sekarang yang masih silo and service-centric menjadi citizen and stakeholder-centericity, bisnis proses yang ringkas dan tangkas (simple-connected-agile business processes) dan platform digital (digital platform), yang didukung dengan data dan sumber daya manusia yang memadai.

Untuk menuju Connected Ministry 4.0 terdapat tiga pilar yang harus dikembangkan:

  1. Pilar pertama adalah Reimagine business model. Memberdayakan masyarakat dan pengguna jasa dengan bisnis model baru yang memberikan nilai tambah yang tinggi untuk mencapai kondisi sosial masyarakat yang makin baik (better society outcomes)
  2. Pilar kedua adalah Reimagine Business Process. Menjamin operasi bisnis yang unggul dan efisien dengan menggunakan teknologi digital untuk mewujudkan a secured, simplified, connected and transparent Ministry
  3. Pilar Ketiga adalah Reimagine Leadership, culture and workforce. Transformasi Kementerian Keuangan dan seluruh jajarannya dengan mindset digital, budaya tangkas-kolaboratif-inovatif dan meningkatkan rantai nilai (value chain) dengan kepemimpinan yang kuat (strong leaderships)

Konsep Customs and Excise 4.0

Bagaimana kondisi lingkungan di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Indonesia? Tentunya dengan sumber daya manusia kurang lebih 65% adalah golongan milenial, menjadikan tantangan tersendiri untuk mencapai kondisi ideal Customs and Excise Officials 4.0. Secara garis besar kondisi lingkungan Bea Cukai terkait konsep Customs and Excise Official 4.0 disajikan dalam digram SWOT dibawah ini :

digram SWOT

Konsep Customs and Excise 4.0 harus berfokus pada pengembangan 4 hal berikut ini:

1. Human Capital

Sumber daya manusia adalah modal terpenting bagi institusi. Dengan 65% SDM golongan milenial, DJBC harus dapat mengolah dan memanfaatkan potensi kaum muda milenial ini dengan baik dan benar. Dengan inovasi dan kreatifitas yang meledak-ledak, mereka adalah roket yang siap meluncur membawa institusi ini menuju prestasi yang lebih tinggi lagi. Adalah kegagalan sebuah insitusi dalam pengelolaan SDM jika tidak dapat mendorong kaum muda untuk lebih berperan aktif dalam penyampaian dan realisasi dari ide-ide yang luar biasa.

2. Supporting Environment

Lingkungan kerja yang mendukung pencapaian kinerja tinggi harus mulai dibangun. Activity base workplace (ABW) mendesak untuk segera diterapkan. Dengan lingkungan kerja yang cozy dan nyaman, bekerja akan makin mudah dan kinerja tinggi akan dapat dicapai.

3. Engage with Community

Untuk menuju #beacukaimakinbaik, DJBC tidak bisa berjalan sendirian. Perlu menggandeng instansi terkait dan berbagai komunitas yang ada untuk mewujudkannya. Perubahan itu akan lebih cepat tercapai jika dilakukan secara Bersama sama secara konsisten dan persisten. Yang telah dilakukan pimpinan kita adalah modal untuk mewujudkan itu.

4. Big Data and AI

Kumpulan data yang telah kita miliki ditambah data dari pihak eksternal sangat penting dalam pengembangan Customs and Excise 4.0. Data perpajakan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP), data penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), data devisa hasil ekspor (DHE) dari Bank Indonesia, data transaksi keuangan dari PPATK dan lain sebagainya telah tersedia dan seharusnya dapat kita manfaatkan dengan baik. Penerapan artificial intelligence dan risk engine yang disatukan dalam Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa (SKPJ) seharusnya memudahkan pimpinan dalam pengambilan keputusan.

Output yang diharapkan organisasi dari penerapan Customs and Excise 4.0 adalah tercapainya kinerja terbaik (top performance), berbiaya rendah (low cost), cakupan pelayanan dan pengawasan yang maksimal (maximum coverage). Menghadapi era transformasi digital dan era disrupsi ini, beberapa unit di DJBC dengan sigap telah mengtisipasinya.

Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai (DIKC) telah melaunching CEISA 4.0 dan membuat berbagai aplikasi mobile yang sangat membantu pegawai misalnya aplikasi MyCeisa. Sementara itu, Direktorat Audit Kepebeanan dan Cukai (Dit. Audit Kece) Launching AuditKece 4.0 berfokus pada perbaikan proses bisnis audit dengan mengembangkan piloting e-audit sehingga nantinya akan memperluas cakupan audit coverage ratio (ACR).

 

Transformasi Digital Kementerian Keuangan

Topik: #digital #keuangan #teknologi #transformasi