Sejak dahulu seringkali seorang wanita dianggap sebagai sosok yang lemah, tidak cerdas dan hanya pandai melakukan tugastugas domestik rumah tangga. Stereotip tersebut bahkan seringkali dilanggengkan sebagai sebuah kondisi yang harus diterima oleh wanita, terutama mereka yang ada di pelosok daerah.

Padahal, sejatinya wanita merupakan “motor” kehidupan. Dimanapun dia berada, sebagai seorang istri, ibu atau sebagai bagian dari masyarakat dalam sebuah komunitas, wanita haruslah cerdas, trengginas dan multitalenta.

Contohnya tiga sekawan Ratih, Wulan, dan Mia yang menjalani persahabatan sejak kecil. Dengan cara didik orangtua dan karakter yang berbeda, mereka tumbuh menjadi wanita-wanita berkepribadian kuat. Ratih, ibu rumah tangga yang memiliki dua anak dan suami sukses. Wulan seorang ibu, istri dan wanita karir. Sedangkan Mia adalah single parent dengan satu anak. Mereka adalah sebagian gambaran wanita yang harus menjalani hidup di zaman modern ini.

Dengan profesi dan jalan hidup yang berbeda, Ratih, Wulan dan Mia telah memilih peran yang ingin dilakoni untuk mengoptimalkan eksistensinya sebagai wanita. Tuntutan untuk menjadi pribadi yang cerdas, trengginas dan multitalenta, mengharuskan mereka untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

Bagi Ratih, ia harus bisa memosisikan diri menjadi pribadi yang cerdas bagi suaminya agar dapat mengimbangi ritme kemajuan berpikir suami, menjadi kawan diskusi dan tempat curhat sehingga dapat memperkecil peluang suami membutuhkan “tempat lain” untuk sharing atau diskusi. Bila suatu saat diajak bergabung untuk sosialita dalam lingkaran kolega suaminya, ia dapat menjadi sosok wanita yang bisa mengimbangi topik pembicaraan yang ada, gak bengong bin tulalit sembari senyum-senyum gak jelas.

Ratih juga harus dapat menjadi sosok ibu yang cerdas, karena pendidikan dan pengasuhan utama anak-anak ada dalam genggamannya. Terlebih di era teknologi yang semakin canggih dan berpeluang dalam memberikan dampak negatif bagi anak. Seorang ibu harus menjadi filtrasi pertama dan hanya seorang ibu yang cerdas yang dapat dengan cakap merespon apa yang dilakukan anak-anaknya. Mendidiknya menjadi generasi cerdas dan tangguh serta berbudi luhur. Membentuk karakter-karakter yang dapat survive dan sukses di era globalisasi.

Di sisi lain, sebagai salah satu konsekuensi dari tingginya biaya hidup keluarga atau juga bagian dari life style yang dipilihnya, dewasa ini banyak wanita yang terserap dalam sektor kerja di semua lini. Wulan yang berperan sebagai seorang istri, ibu dan pencari nafkah dituntut untuk mempunyai kemampuan manajerial yang mumpuni agar semua perannya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Dia juga harus mampu mengharmonisasikan semuanya sehingga dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungan. Wanita memang diciptakan Tuhan dapat berkonsentrasi dan melakukan banyak hal secara bersamaan, karena ia dianugerahi kemampuan olah pikir yang seimbang antara otak kiri dan kanannya.

Begitu pula dengan Mia. Ia harus mampu menjadi single parent dengan satu anak setelah suaminya meninggal dunia. Bukan peran yang mudah menjadi wanita single parent di zaman sekarang. Ia berfungsi ganda sebagai sosok ayah dan ibu bagi anaknya. Ia pun harus mampu mengatur langkah di lingkungan kerja dan masyarakat agar citranya sebagai wanita terhormat tetap terjaga

Wanita bukanlah sosok yang lemah, karena bahunya harus selalu kuat untuk menjadi “sandaran” bagi suami dan anak-anaknya. Ia harus mampu menjadi partner terbaik bagi suaminya dan menjadi sekolah utama dan terbaik bagi kecerdasan dan keluhuran budi anak-anaknya serta memberi kontribusi positif untuk kehidupan sekitarnya.

Wanita adalah ‘motor’ kehidupan. Dibalik stereotip sebagai sosok yang lemah, ternyata wanita dapat menjadi pribadi yang cerdas, trengginas, dan multitalenta.

Dalam kehidupan bermasyarakat kita temui banyak wanita yang nyaris sempurna dan menjadi inspirasi positif bagi keluarga, anak-anak dan lingkungannya. Ia dapat mengartikulasikan makna “empowering woman” dengan cerdas, tepat dan bijak serta mempunyai keluarga yang harmonis serta begitu pandai menjaga kehormatan suami sebagai imam keluarganya.

Dalam Islam, Siti Khadijah bisa menjadi salah satu figur wanita sempurna yang cerdas, tangguh dan trengginas serta begitu pandai menjaga kehormatan suaminya, Nabi Muhammad SAW, yang dapat dicontoh oleh wanita-wanita muslimah. Ada juga RA Kartini, Cut Nyak Dien serta Dewi Sartika sebagai ikon wanita Indonesia yang cerdas dan tangguh di masanya. Atau wanita-wanita masa kini yang seimbang kehidupan karir dan keluarganya, juga bisa dijadikan contoh.

Ayo sahabat-sahabat wanitaku, jadilah wanita yang cerdas, trengginas dan multi talenta. Warnai hidup ini dengan bijak dan penuh makna. Memang bukan hal yang mudah tapi bukan pula mustahil. Hanya butuh kemauan yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Gunakan fasilitas, kemudahan dan informasi yang membanjiri kita sekarang ini untuk dapat menunjang peningkatan kualitas diri sebagai wanita.

 

Wanita Multitalenta – Literasi Publik

Topik: #sosial #wanita