Sistem CVT (Continously Variable Transmission) motor matic adalah sistem otomatis yang dipasang pada beberapa tipe sepeda motor untuk menghasilkan perbandingan reduksi secara otomatis sesuai dengan putaran mesin. Dengan demikian, pengendara sepeda motor terbebas dari keharusan untuk memindah gigi, sehingga lebih nyaman dan santai saat mengendarainya.

Sistem CVT Motor Matic

Sistem CVT banyak dijumpai pada motor matic seperti Honda Vario, Yamaha Mio, Suzuki Spin dan lainnya. Motor matic umumnya sering disukai oleh masyarakat karena penggunaannya lebih mudah untuk dijalankan atau dikendarai dibandingkan dengan pemakaian pada motor manual. Meskipun perawatan mesin motor matic lebih sulit daripada motor manual.

Pada motor manual transmisi dan kopling digabungkan pada ruang mesin. Sedangkan pada sebuah motor matic, transmisi menggunakan teknologi CVT (continuously variable transmission) yang berbeda dengan mobil. Pada mesin motor matic transmisinya terpisah, tidak berada dalam ruang mesin. Sehingga ada Rekomendasi Oli Motor Matic Terbaik di Indonesia.

Kelebihan utama sistem CVT pada motor matic dapat memberikan perubahan kecepatan dan perubahan torsi dari mesin ke roda belakang secara otomatis. Dengan perbandingan ratio yang sangat tepat tanpa harus memindah gigi, seperti pada motor transmisi konvensional (manual).

Dengan sendirinya tidak terjadi hentakan yang biasa timbul pada pemindahan gigi pada mesin-mesin konvensional. Perubahan kecepatan sangat lembut dengan kemampuan mendaki yang baik. Sistem CVT terdiri pulley primary dan pulley secondary yang dihubungkan dengan V-belt.

Mekanisme V-belt tersimpan dalam ruangan yang dilengkapi dengan sistem pendingin untuk mengurangi panas yang timbul karena gesekan sehingga bisa tahan lebih lama. Sistem aliran pendingin V-belt ini dibuat sedemikian rupa sehingga terbebas dari kotoran/debu dan air. Lubang pemasukan udara pendingin terpasang lebih tinggi dari as roda untuk menghindari masuknya air saat sepeda motor berjalan di daerah banjir.

Mekanisme dan Cara Kerja CVT 

Mekanisme dan Cara Kerja CVT

Rangkaian mekanisme rute tenaga pada sistem transmisi otomatis dimulai dari putaran crankshaft. Seperti pada sepeda motor lainnya, untuk memutarkan poros engkol menggunakan dua cara, yaitu menggunakan elektrik starter digunakan motor listrik bertenaga baterai terlebih dahulu menghidupkan starter wheel, selanjutnya memutarkan crankshaft. Pada kick starter, sebelum putaran sampai pada crankshaft, tenaga hentakan dari kick crank terlebih dahulu melewati kopling (One Way Clucth)

Sistem cara kerja CVT sepeda motor matic dimulai dari putaran stasioner hingga putaran tinggi. Sistem cara kerja CVT sepeda motor matic diuraikan sebagai berikut :

Putaran Stasioner

Pada putaran stasioner (langsam), putaran dari crank shaft diteruskan ke pulley primer, kemudian putaran diteruskan ke pulley sekunder yang dihubungkan oleh V-belt. Selanjutnya putaran dari pulley sekunder diteruskan ke kopling sentrifugal. Namun, karena putaran masih rendah, kopling sentrifugal belum bisa bekerja. Hal ini disebabkan gaya tarik per kopling masih lebih kuat daripada gaya sentrifugal, sehingga sepatu kopling belum menyentuh rumah kopling dan rear wheel (roda belakang) tidak berputar.

Saat Mulai Berjalan

Ketika putaran mesin meningkat, roda belakang mulai berputar. Ini terjadi karena adanya gaya sentrifugal yang semakin kuat dibandingkan dengan gaya tarik. Pada putaran yang tinggi, sepatu kopling akan terlempar keluar dan mengopel rumah kopling. Pada kondisi ini, posisi V-belt pada bagian puller (diameter kecil). Pada bagian pulley sekunder, diameter V-belt berada pada bagian luar (diameter besar).

Putaran Menengah

Pada putaran menengah, diameter V-belt kedua pulley berada pada posisi balance (sama besar). Ini terjadi akibat gaya sentrifugal weight pada pulley primer bekerja dan mendorong sliding sheave searah fixed sheave. Tekanan pada sliding sheave mengakibatkan V-belt bergeser ke arah lingkaran luar. Selanjutnya menarik V-belt pada pulley sekunder ke arah lingkaran dalam.

Putaran Tinggi

Pada kondisi putaran tinggi, diameter V-belt pada pulley primer lebih besar daripada V-belt pulley sekunder. Ini disebabkan gaya sentrifugal weight makin menekan sliding sheave. Akibatnya, V-belt terlempar ke arah sisi luar pulley primer.

Komponen CVT (Continously Variable Transmision)

Didalam CVT ada 4 komponen utama yaitu :

1. Primery Sheave. Ada beberapa komponen pendukung yaitu :

  •  fixed sheave berfungsi sebagai penahan v-belt.
  •  sliding sheave komponen ini berfungsi menekan v-belt dalam putaran tinggi.
  •  collar fungsinya adalah sebagai tempat dudukan dari fixed sheave, sliding sheave
  • slider fungsinya sebagai pendorong roller.
  • roller fungsinya sebagai penekan sliding sheave,

2. Secondary Sheave. Ada beberapa komponen penting yaitu:

  • sliding sheave berfungsi menekan v-belt.
  • fixed sheave berfungsi sebagai penahan v-belt atau bagian statis.
  • per berfungsi sebagai pendorong sliding sheave
  • torque cam berfungsi membantu menekan otomatis sliding sheave pada saat motor memerlukan akselerasi.
  • clutch housing biasa disebut rumah kopling fungsinya adalah penerus putaran dari v-belt ke poros roda
  • sepatu kopling fungsinya adalah sebagai penghubung putaran ke poros roda belakang.

3. V-belt. Berfungsi sebagai penghubung antara sliding sheave dan secondary sheave yaitu meneruskan putaran mesin dari sliding sheave.

4. Gear Reduksi. Sebagai menyeimbangkan putaran mesin dengan roda. Biasanya ada oli khusus untuk melumasi gear agar mengurangi gesekan. Sedangkan untuk mesin ada Rekomendasi Oli Motor Matic Terbaik di Indonesia.

Meskipun demikian, motor matic tetap membutuhkan oli motor. Oli pelumas berfungsi untuk melumasi setiap komponen pada mesin dan mencegah keausan pada komponen mesin, sebagai pembersih kotoran serbuk bekas pecahan komponen mesin dan mencegah timbulnya karat, serta sebagai pendingin pada mesin terutama pada piston yang bergesekan dengan dinding silinder.

 

Sistem CVT pada Motor Matic

Topik: #oli motor #otomotif #Sistem CVT #teknologi