Di era web 2.0 ini, kita tengah menyaksikan ribuan, bahkan jutaan, orang berduyun-duyun menulis, menyampaikan informasi, baik dalam bentuk gambar maupun video, berbagi gagasan, menunjukkan kreativitas, saling mengkritisi secara bebas dan terbuka, membentuk asosiasi-asosiasi serta even-even, di dalam dunia maya. Kehadiran situs jejaring facebook, misalnya, telah menarik jutaan masyarakat dari berbagai lapisan untuk ambil bagian di dalam arus ide dan informasi itu secara proaktif.

Apakah web 2.0 itu?

Web 2.0 adalah istilah untuk generasi kedua layanan berbasis web yang menekankan pada kolaborasi dan berbagi secara  online antar pengguna seperti  pada situs jaringan sosial, wiki, perangkat komunikasi, dan lain sebagainya. Istilah ini dicetuskan oleh O’Reilly Media pada tahun 2003, dan dipopulerkan pada konferensi web 2.0 pertama pada tahun 2004.

Berkat Web 2.0 Terjadi Kolaborasi Antar Manusia

Web 2.0 adalah sebuah revolusi bisnis di dalam industri komputer yang terjadi akibat pergerakan ke internet sebagai platform, dan suatu usaha untuk mengerti aturan-aturan agar sukses di platform tersebut.

Model web 1.0 hanya memungkinkan kita secara pasif melihat dan mengunduh informasi yang ada di situs, kini telah berlalu. Lihatlah Wikipedia, sebuah ensiklopedi maya yang kontennya dibuat bersama oleh ribuan orang yang dengan sukarela menuliskan gagasan dan berbagi ilmu pengetahuan, saling mengoreksi dan melengkapi. Hingga kini, Wikipedia memiliki jutaan halaman yang tercipta dari hasil kolaborasi unik komunitas web 2.0. Jika dibandingkan, konon, koleksinya sudah jauh melampaui Perpustakaan Alexandria sekalipun.

Linux, icon piranti lunak open source, bahkan lebih ‘ajaib’ lagi. Ribuan orang yang tidak pernah bertatap muka sebelumnya, ternyata mampu berkolaborasi menciptakan produk berupa sistem operasi yang, hanya dalam hitungan beberapa tahun, mampu merebut lebih dari 20% pangsa pasar Windows. Youtube, MySpace, Forum  kaskus, adalah contoh lain dari sebuah paradigma baru bagaimana kolaborasi antar manusia terjadi, berkat web 2.0. Kolaborasi semacam ini tengah mengubah paradigma bisnis modern menuju ke arah: keterbukaan, peering, berbagi dan bertindak global. Don Tapscott menyebut era bisnis semacam ini dengan istilah “wikinomic”, sebuah metafora model kegiatan ekonomi kolaboratif a la Wikipedia.

Berangkat dari satu keyakinan bahwa ada ribuan manusia berbakat di luar dinding perusahaan yang bisa dimanfaatkan, maka prinsip keterbukaan, peering (tidak bersifat hierarkis), berbagi dan bertindak global menjadi niscaya bagi perusahaan yang tidak ingin tertinggal. Paradigma klasik yang menyatakan “pekerjakan orang-orang terbaik di dalam perusahaan anda”, memang masih cukup valid untuk memajukan sebuah perusahaan, tetapi kini tidak lagi menjadi sepenting sebelumnya. Kini, perusahaan dapat memanfaatkan ribuan bakat di luar sana secara mudah, berkat web 2.0.

Bisakah kolaborasi unik model web 2.0 ini diterapkan di dalam sektor riil?

Dalam bukunya, Wikinomic, Don Tapscott meyakinkan bahwa sebuah pabrik kolaboratif pun bisa diciptakan. Boeing dan BMW sudah mencontohkan, bagaimana paradigma web 2.0 ini bisa diterapkan di sektor ril, bukan hanya dalam bentuk bit dan byte di dunia maya. Kuncinya adalah sebuah produk harus dirancang dalam bentuk modul-modul yang bisa dikerjakan secara terpisah, dan pengembangan dalam satu modul tidak akan mengganggu performance modul lainnya secara keseluruhan.

Boeing kini mempercayakan banyak komponen pesawatnya ke ratusan perusahaan pemasok, tanpa intervensi berlebihan dari Boeing sendiri. Kini, bahkan pemasok dilibatkan dalam pengembangan desain sejak awal. Keyakinan bahwa ada ribuan bakat di luar dinding perusahaan yang bisa dimanfaatkan untuk perusahaan, terbukti membawa keunggulan bagi Boeing yang sempat sebelumnya tersisih oleh Airbus. Dengan mempercayakan banyak komponen pesawatnya pada hasil kolaborasi para pemasok, Boeing kini lebih fokus bagaimana membuat time schedule pembuatan pesawat lebih cepat dan memperhatikan fitur-fitur yang vital bagi kenyamanan pengguna.

BMW pun melakukan hal serupa. Komponen mekanik mobil sepenuhnya diserahkan kepada para pemasok yang memang dilibatkan sejak pengembangan desain, sementara BMW sendiri fokus pada komponen dan fitur-fitur elektronik yang dapat meningkatkan kenyamanan berkendara.

Goldcorp, sebuah perusahaan tambang emas di Red Lake, Kanada, juga telah jauh-jauh hari menerapkan paradigma web 2.0 ini. Tahun 2000 silam, McEwen, CEO Goldcorp, memutuskan untuk mengadakan ‘sayembara’ terbuka guna mencari sumber daya emas baru di lahan tambang kehabisan cadangan emas. McEwen telah mendobrak pakem lama bahwa data geologi adalah aset rahasia perusahaan yang sangat bernilai, eksklusif, dan karena itu tabu untuk di-publish. Goldcorp malah meng-upload data geologi mereka dan membiarkan komunitas geoscientist dari seluruh dunia melihat, mengunduh, mengolah dan memodelkan data mereka, untuk berkompetisi menemukan cadangan emas baru bagi perusahaan, dengan hadiah US$ 575,000. Dalam even itu, tidak kurang dari 1000 prospektor dari 50 negara terlibat.

Hasilnya luar biasa. Para kontestan telah menemukan 110 titik prospek tambang emas, 50% di antaranya bahkan belum pernah teridentifikasi sama sekali oleh perusahaan. Dari hasil kolaborasi para kontestan itu, ditemukan sedikitnya 8 juta ons emas. Itulah hasil pemanfaatan ribuan bakat di luar dinding perusahaan.

Generasi web 2.0 telah memberikan peluang yang begitu luas bagi dunia bisnis untuk mengambil benefit yang besar: hasil kolaborasi ribuan orang berbakat di luar dinding perusahaan.

 

Kolaborasi Antar Manusia terjadi Berkat Web 2.0 – Literasi Publik

Topik: #hubungan #internet #media sosial #teknologi