Beberapa tahun silam, dikabarkan dua warga Tangerang, bapak dan anak meninggal dunia setelah terbukti positif terjangkit flu burung akhir Maret 2015. Awalnya bapak N, sempat mengalami panas, kemudian sesak nafas sampai kondisinya memburuk. Lantas menyusul anaknya, M yang berusia 2 tahun. Sewaktu di rumah sakit, keduanya sudah dicurigai dokter sehingga darahnya diambil. Keduanya meninggal dan hasil lab menunjukan positif flu burung (H5N1).

Berdasarkan hal tersebut Pemerintah melalui Litbangkes Kemenkes kembali melakukan uji sampel usap tenggorokan (swap) T, istri N. Sebelumnya pada uji sampel pertama dan kedua terhadapnya menunjukan hasil yang negatif flu burung. Selain T, pemerintah juga melaksanakan survei pada sejumlah orang lainnya yang memiliki riwayat kontak dengan para almarhum dan unggas yang diduga menularkan flu burung pada mereka.

Melalui penelusuran epidemiologis yang dilakukan pemerintah, diketahui bahwa kejadian bermula ketika N, pegawai Imigrasi Cabang Kelapa Gading, bersama keluarganya berlibur ke rumah orang tuanya di Bogor, Jawa Barat, awal Maret lalu. Kebetulan, pemilik rumah di Bogor memang hobi memelihara unggas. Ketika keluarga tersebut berkunjung, diketahui terdapat seekor burung hantu di sana yang kedapatan mati mendadak.

Sembilan hari kemudian, M mengalami demam tinggi dan sempat dirawat di Eka Hospital dan dirujuk ke RSUP Persahabatan, Jakarta. Empat hari usai M dirawat, pada 21 Maret, N, ayah M menunjukan gejala serupa dan dirawat di RS Husada Insani, Tangerang. Usai dirawat empat hari, pada tanggal 24 Maret, yang bersangkutan akhirnya meninggal dunia.

Upaya Preventif Pemerintah Hadapi Flu Burung

Proses identifikasi penularan di lingkungan almarhum yang dilakukan pemerintah sendiri berlangsung selama 14 hari. Sebagai langkah preventif pemerintah menyuplai 16 ribu oseltamivir (obat anti influenza) ke Kota Tangerang. Pemerintah setempat bahkan langsung memusnahkan 30 ekor merpati yang positif terinfeksi virus flu burung H5N1.

Sebelum dimusnahkan, pemerintah setempat memang telah mengambil air liur dari setiap burung untuk diperiksa dan diketahui hasilnya positif mengandung H5N1. Burung merpati yang dimusnahkan tersebut milik warga dan berada dekat korban meninggal akibat suspect flu burung. Pemusnahan burung tersebut dilakukan dengan cara dibakar. Disamping itu, pemerintah setempat pun melakukan penyemprotan kandang burung yang ada di sekitar lokasi. Untuk penyemprotan itu, kelurahan setempat diberikan dua liter desinfektan.

Langkah antisipatif juga mulai dilakukan Pemkot Bekasi, Pemprov DKI Jakarta, serta Pemkot Depok. Pemkot Bekasi tak mau kecolongan dua kali, terlebih lagi pada 2013, dua warganya tewas dan dinyatakan positif flu burung H5N1.

Guna mengantisipasi munculnya penyakit mematikan itu, kini Pemkot Bekasi, secara periodik melakukan vaksinasi terhadap unggas peliharaan. Setidaknya dilakukan dua kali vaksinasi dalam setahun. Sasarannya, unggas peliharaan jenis ayam, burung, dan bebek. Sementara Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Depok, dengan rutin menggelar program surveilans dan vaksinasi pada unggas di beberapa kecamatan di Kota Depok. Kegiatan tersebut untuk mendata banyaknya unggas. Bila ditemukan tanda atau gejala penyakit pada unggas, dilakukan vaksinasi.

Sebagai informasi selama tahun 2005-2012 tercatat kasus flu burung/virus H5N1 yang terjadi di Banten sebanyak 32 kasus dengan korban yang meninggal dunia 29 orang. Adapun sepanjang 2013 – 2014 tidak ada kasus flu burung di wilayah ini.

Penularan virus flu burung sesungguhnya dapat dicegah kalau melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain menjaga kebersihan lingkungan, masyarakat diminta menjaga kebersihan diri seperti selalu cuci tangan pakai sabun. Lokasi kandang ternak pun dihimbau tidak berdekatan dengan rumah tinggal.

Kalaupun ada warga yang sakit demam untuk segera berobat ke puskesmas maupun rumah sakit. Sementara jika ada masyarakat yang pernah kontak dengan unggas, atau dengan korban flu burung, lantas mengalami demam, biasanya mereka akan diberikan obat antiviral oseltamivir oleh pemerintah.

Tentang pola hidup bersih dan sehat atau PHBS, potensi terjangkitnya flu burung dapat diturunkan hingga 30% hanya dengan mandi pakai sabun. Untuk itu masyarakat agar biasa mandi dengan sabun empat kali dalam sehari. Itu bisa dilakukan ketika pagi hari, selesai aktivitas, dan sebelum tidur. Adapun cuci tangan dengan sabun pun perlu dilakukan yakni tiga kali pada setiap mau makan, dua kali sewaktu mandi, dua kali setelah dari toilet, satu lagi ketika pulang dari tempat bermain

 

 Upaya Preventif Hadapi Flu Burung

Topik: #kesehatan #masyarakat #penyakit