Masyarakat Sunda merupakan kelompok etnis adat terbesar di bagian barat Pulau Jawa memiliki kebudayaan dan pandangan hidupnya sendiri yang sudah tua dan mampu bertahan hingga kini.

Pandangan hidup adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur yang berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia dengan abadi, lingkungan, dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.

Salah satu wujud kelestarian pandangan hidup dan kebudayaan tersebut, terlihat dari ungkapan tradisional (peribahasa) Sunda yang masih dipakai dalam komunikasi serta menjadi kearifan lokal pada kehidupan masyarakat Sunda.

Ungkapan tradisional masyarakat Sunda

Dalam masyarakat Sunda dikenal dengan ungkapan “silih asih, silih asah, dan silih asuh” dalam hubungan antara manusia dengan sesama manusia .

Artinya adalah harus saling mengasihi, mengasah atau mengajari, dan mengasuh hingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketenteraman, dan kekeluargaan.

Contoh Peribahasa Tradisional Sunda

Anjing nyampeurkeun paneunggeul (anjing menghampiri pemukul).

Artinya menghampiri mara bahaya.

Aya jalan komo meuntas (ada jalan apalagi menyeberang).

Artinya Mau berbuat sesuatu, kebetulan dapat jalannya.

Bengkung ngariung bongkok ngaronyok (melingkar/lengkung dalam berkumpul bungkuk dalam berhimpun).

Artinya bersama-sama dalam suka dan duka.

Gunung luhur beunang diukur, laut jero beunang dijugjugan, tapi haté jelema najan déét teu kakobét (gunung yang tinggi dapat diukur, laut dalam dapat diselami, tapi hati seseorang walaupun dangkal tidak akan bisa ditebak).

Artinya mengetahui keinginan atau isi hati orang yang dirahasiakan itu amat susah.

Hulu Gundul dihihidan (Kepala botak dikipasi).

Artinya yang untung semakin untung.

Haripeut ku teuteureuyeun (cepat tergoda oleh makanan).

Artinya mudah terpancing oleh iming-iming.

Kudu nyaho lautanana, kudu nyaho tatambanganana (harus tahu lautnya, harus tambangnya).

Artinya harus tahu apa kesukaannya, perilakunya, kebiasaannya, dan sebagainya.

Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salebak (ke air jadi satu sungai, ke darat jadi satu satu sawah).

Artinya Selalu kompak dalam satu visi bersama-sama untuk mencapai satu tujuan/gotong-royong.

Kawas gula jeung peueut (seperti gula dengan nira yang matang).

Artinya hidup rukun sayang menyayangi, tidak pernah berselisih.

Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balarea (harus mengarah kepada hukum, mengarah ke kaki negara, bermufakat kepada orang banyak).

Artinya harus menjunjung tinggi hukum, berpijak kepada ketentuan negara, dan bermufakat kepada kehendak rakyat

Lodong kosong ngelentrung (bambu kosong suaranya nyaring).

Artinya Orang yang banyak bicara biasanya tidak ada isinya/ilmunya.

Manusa hirup ku akalna (manusia hidup oleh pikirannya).

Artinya manusia hidup mengandalkan akalnya.

Monyét dibéré séngkéd (Monyet diberi lubang titian).

Artinya tidak diberi kesempatan pun sudah menjadi-jadi apalagi kalau diberi kesempatan.

Ngadeudeul ku congo rambut (memberi bantuan dengan ujung rambut).

Artinya memberi sumbangan atau bantuan kecil, tetapi disertai kerelaan atau dengan ikhlas hati.

Nyuhunkeun  bobot pangayon timbang taraju (memohon pertimbangan).

Artinya memohon pertimbangan dan kebijaksanaan yang seadil adilnya, memohon ampun.

Omong harus batan goong (Suara keras dari pada gong).

Artinya Isu lebih mudah tersebar dan biasanya suka di lebih-lebihkan.

Totopong heureut dibébér-bébér kalah soék (ikat kepala yang sempit dibentang-bentangkan malah sobek).

Artinya mengatur uang belanja dari penghasilan yang kecil tentu sangat menyulitkan.

Ulah marebutkeun balung tanpa eusi (jangan memperebutkan tulang tanpa isi).

Artinya jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.

Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan talas gatal).

Artinya jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan/keresahan.

Ulah nyolok mata buncelik (jangan mencolok mata yang melotot)

Artinya jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain, dengan maksud mempermalukan orang lain

Ulah rubuh-rubuh gedang (jangan rebah seperti pepaya).

Artinya janganlah mengerjakan pekerjaan tanpa mengetahui apa maksud dan tujuannya, hanya karena orang lain melakukannya.

Beberapa ungkapan tradisional Sunda lainnya

Asa mobok manggih gorowong.

Artinya orang yang sedang mencari jalan, lalu mendapat pula pertolongan sehingga merasa senang.

Batok bulu eusi madu.

Artinya di luarnya buruk di dalamnya bagus. Misalnya tampaknya miskin dan bodoh, tetapi kaya atau pandai.

Batan, kapok anggur gawok.

Artinya dari pada berhenti melakukan pekerjaan yang tidak baik, malah makin menjadi-jadi.

Buaya mangap batang liwat.

Artinya, memperoleh sesuatu yang sangat diharapkan dengan tak terduga sebelumnya.

Dihin pinasti anyar pinanggih

Artinya segala hal yang dialami sekarang sesungguhnya sudah ditentukan dahulu, agar orang senantiasa percaya bahwa segala sesuatunya terjadi adalah kehendak Tuhan.

Henteu asa jeung jiga.

Artinya karena sudah lama bergaul, sudah tidak merasa sangsi dan ragu-ragu lagi, sudah seperti dengan saudara.

Henteu gedag bulu salambar.

Artinya tidak merasa gentar sedikitpun menghadapi musuh.

Hambur bacot murah congcot.

Artinya, banyak cakap, cerewet dan sering memarahi tetapi suka memberi makanan.

Indung suku oge moal dibejaan.

Artinya, harus teguh menyimpan rahasia, apalagi rahasia negara.

Jawadah tutung briritna sacarana-sacarana.

Artinya, setiap bangsa memiliki cara dan kebiasaan masing-masing.

Kudu hade gogog hade tagog.

Artinya, harus baik budi bahasa dan tingkah laku.

Kudu bisa lolandokan.

Artinya, pandai menyesuaikan diri.

Kudu boga pikir rangkepan.

Artinya, harus punya curiga. Tidak mudah percaya kepada orang lain.

Kudu paheuyeuk-heuyeuk leungleun.

Artinya, harus saling menolong.

Leutik ringkang gede bugang.

Artinya, manusia itu meskipun kecil badannya, kalau meninggal dalam perjalanan, besar urusannya tidak seperti binatang.

Manuk Hiber ku jangjangna, Jalma hidup ku akalna

Artinya, setiap makhluk masing-masing telah diberi cara atau alat untuk melangsungkan kehidupannya.

Mulih ka jati mulang ka asal.

Artinya, meninggal, asal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan.

Mending waleh batan leweh.

Artinya, lebih baik berterus terang dari pada terus menanggung kedukaan.

Mending kendor ngagembol, tinimbang gancang pincang.

Artinya, Lebih baik Lambat tetapi dengan banyak hasilnya dari pada cepat dengan sedikit hasil.

Nyaur kudu diukur, nyabda kudu diungang.

Artinya, segala perkataan harus dipertimbangkan sebelum diucapkan , senantiasa mengendalikan diri dalam berkata-kata.

Nimu luang tina burang.

Artinya, mendapat pengalaman atau pengetahuan pada waktu mendapat kecelakaan.

Pondok jodo panjang baraya.

Artinya, meskipun sebagai suami istri jodohnya pendek, hendaknya terus menjadi saudara.

Sacangreud pageuh sagolek pangkek

Artinya, teguh memegang pendirian, tidak pernah melanggar janji.

Teu busik bulu salambar

Artinya, pendirian yang kokoh, tidak goyah sedikitpun.

Taraje nanggeuh dulang tinande.

Artinya, siap sedia menjalankan kewajiban, khusus seorang istri kepada suaminya.

Ulah puraga tamba kadengda.

Artinya, dalam mengerjakan suatu pekerjaan jangan asal dikerjakan saia, tetapi harus dengan sungguh-sungguh sehingga hasilnya memuaskan.

Ulah kawas seuneu jeung injuk.

Artinya, jangan mudah berselisih, agar pandai mengendalikan nafsu-nafsu negatif.

Ulah nyieun pucuk ti girang

Artinya, jangan mencari bibit permusuhan.

Ulah gasik nampi gancang narima.

Artinya, jangan terburu-buru menerima sesuatu, hendaknya dipikirkan dulu baik buruknya.

Ulah bengkung bekas nyalahan.

Artinya, tingkah laku harus tetap baik dan benar, jangan menyimpang.

Ulah elmu ajug.

Artinya, Orang yang hanya dapat menasihati orang lain agar berbuat baik, tetapi dia sendiri berbuat keburukan.

Ulah biwir nyiru rombengeun

Artinya, jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan orang.

Ulah ngukur baju saserig awak.

Artinya,jangan mempertimbangkan sesuatu hanya dari segi kepentingan pribadi.

Ulah pupulur memeh mantun.

Artinya, jangan meminta upah sebelum bekerja.

Ulah pagiri-giri calik, pagirang-girang tampian.

Artinya, janganlah saling mengatasi di dalam mencari keuntungan sehingga tidak mengindahkan keselamatan bersama. Jangan berebut kekuasaan atau jabatan.

Ulah kumeok memeh dipacok.

Artinya, kalau menghadapi pekerjaan janganlah sebelum apa-apa sudah merasa berat.

Ulah gindi pikir belang bayah.

Artinya, jangan buruk hati, jangan punya pikiran buruk terhadap sesama.

Tentu saja masih banyak Ungkapan (Peribahasa) Tradisional Masyarakat Sunda lainnya.

Dari ungkapan-ungkapan di atas, masyarakat Sunda beranggapan bahwa manusia selama hidup hendaknya memiliki tujuan hidup yang baik. Baik itu kepada diri sendiri, masyarakat, negara, alam dan Sang Pencipta.

 

Ungkapan Tradisional Masyarakat Sunda

Topik: #budaya #pengertian #Sunda