Ternate adalah sebuah pulau kecil yang cantik dan unik. Gunung Gamalama nan indah menjulang menjadi lansekap dan latar kota. Gunung hijau tersebut berpadu serasi dengan lautan yang biru. Menyajikan pemandangan elok luar biasa. Pulau di sekitarnya seperti Tidore dan Maitara yang juga dibentuk gunung berapi menunjukkan bahwa memang wilayah ini sarat dengan aktivitas vulkanik.

Selain budayanya, Ternate juga sohor akan alam dan sejarah yang mengiringinya. Gamalama rupanya punya makna tersendiri bagi warga Ternate. Gunung ini menjadi latar belakang setiap kegiatan masyarakatnya. Aktivitas gunung ini juga membuat bumi Ternate begitu kaya akan unsur hara yang menyuburkan dan ideal untuk tumbuhnya tanaman rempah yang membuat pulau ini masyhur hingga ke daratan Eropa.

Potensi Alam Pulau Ternate

Sejatinya, orang Eropa datang ke Ternate dan Tidore untuk mencari rempah-rempah, terutama pala dan cengkeh. Komoditas pala untuk keperluan industri minyak dan kecantikan sementara cengkeh untuk obat-obatan dan bahan pengawet. Karena pala dan cengkeh itu sangat mahal harganya, maka tingkat sosial penduduk Eropa kala itu sangat ditentukan oleh dua komoditas itu.

Rempah-rempah merupakan bagian penting dari sejarah Ternate. Karena cengkeh dan pala yang tumbuh subur di Ternate dan pulau-pulau sekitarnya, bangsa Eropa rela berlayar mengelilingi dunia demi tanaman bernilai tinggi yang konon hanya tumbuh di bumi Maluku.

Kini sisa-sisa kejayaan rempah nusantara masih bisa kita saksikan di beberapa kawasan di Ternate dan Tidore di mana pohon pala masih bisa dengan mudah kita jumpai. Reruntuhan benteng Belanda, Portugis, dan Spanyol banyak dijumpai di Ternate dan Tidore membuat imajinasi melayang ke masa lalu. Membayangkan bagaimana kerasnya persaingan bangsa Eropa kala itu dalam upaya memonopoli perdagangan rempah di kepulauan Maluku.

Kekayaan laut dan kesuburan tanah dari gunung seolah bertemu dan berpadu di Ternate mencurahkan limpahan rejeki bagi masyarakatnya.

Selain mengandalkan komoditas rempah tadi, Maluku Utara adalah pusatnya ikan berkualitas tinggi. Letak Maluku Utara yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik juga membawa hasil laut yang melimpah. Berbagai jenis ikan segar dapat dengan mudah didapat dan dikonsumsi sehari-hari oleh warga. Tercatat jenis ikan unggulan seperti kerapu, tuna ekor kuning, dan napoleon banyak tersebar di perairan ini.

Saat ini di Maluku Utara sudah ada 32 asosiasi nelayan yang siap ekspor. Namun demikian pihak buyer luar negeri menginginkan tiga syarat utama yakni ketersediaan barang yang kontinyu, komoditas ikan sehat dengan standar tinggi, dan harga yang bersaing. Komoditas ikan dari wilayah ini sudah diekspor ke Inggris, Amerika Serikat (California dan Las Vegas), dan Jepang.

Fakta lainnya adalah Maluku Utara ini kaya akan tambang nikel, terutama saprolit dan limonit, yang biasa dipakai untuk bahan utama industri elektronik. Sementara itu pusat industri dan perdagangan elektronik itu dikuasai empat negara yang secara geografis berada di atas kepulauan Maluku Utara. Empat negara itu yakni China, Taiwan, Korea dan Jepang.

 

Sejarah Islam di Ternate

Pada masa keemasannya, Kesultanan Ternate dan Tidore pernah menjadi kerajaan Islam yang sangat berpengaruh di bagian timur Nusantara. Pengaruh Ternate pada masa kekuasaan Sultan Babullah bahkan terbentang hingga Mindanao dan Kepulauan Marshall di Samudera Pasifik. Memang, hingga kini nuansa islami masih terasa mewarnai kehidupan masyarakat Ternate dimana lebih dari 90 persen penduduknya adalah muslim

Kisah besar negeri kepulauan ini dimulai dari pulau kakakberadik, Ternate dan Tidore. Awalnya Ternate dikuasai Portugis, sementara Tidore oleh Spanyol pada abad ke- 15. Masa itu sebelum Belanda masuk kawasan nusantara. Dulunya wilayah ini tak bertuan. Kemudian masuklah para pedagang dari Yaman dan Gujarat India, salah satunya adalah tokoh Islam Syeh Maulana. Kemudian beliau menetap dan memiliki empat orang anak. Anak pertama jadi raja di Kesultanan Tidore, anak kedua di Kesultanan Bacan, ketiga di Jailolo, dan keempat di Kesultanan Ternate.

Wilayah ini disebut juga Mouluku Key Raha. Key itu berarti gunung dan raha adalah empat, jadi wilayah empat gunung. Kesultanan Tidore kekuasaannya meliputi seluruh wilayah Maluku, Papua, dan Papua Barat.

Ketika Belanda akan menganeksasi Maluku dan Papua, maka terjadi aksi pembebasan Irian Barat yang menewaskan pahlawan bangsa Laksamana Yos Sudarso pada 1962. Situasi itu membuat Indonesia dan Belanda harus menyelesaikan sengketa hingga ke meja perundingan di Perancis.

Kemudian PBB memutuskan memberikan keleluasaan kepada Sultan Tidore sebagai anak sulung pewaris tahta untuk menentukan masa depannya. Dengan segala cara Belanda membujuk Sultan Tidore agar berada di pihaknya. Namun pada akhirnya Sultan Tidore menghadiahkan segenap wilayah Maluku dan Papua ke pangkuan Republik Indonesia.

 

Ternate pulau kecil dengan potensi menarik – Literasi Publik

 

Topik: #pulau #sejarah #wilayah