Meskipun Robot Pengisap Minyak yang diberi nama Bonyak ini dibuat pada tahun 2011 yang silam oleh tiga siswa SMA 28 Jakarta dan sukses menggondol medali emas di ajang olimpiade robotik internasional di Jakarta. Namun ide kreatif dan konsep membuat robot pembersih limbah minyak di laut perlu dijadikan motivasi bagi semua terutama bagi kalangan pelajar/sekolah untuk ikut mengembangan teknologi mutakhir dan juga sebuah konsep siswa belajar fisika dengan senang, komputer dan team work. Untuk itu, Literasi Publik mencoba mengulas kembali sebagai bahan bacaan online bagi kita semua.

Robot Pembersih Limbah Minyak di Laut

Jepang harus mengandalkan temuan seorang profesor teknik di Universitas Osaka, yaitu Naomi Kato yang dibantu timnya untuk menelurkan Spilled Oil Tracking Autotomous Bouy (SOTAB). Robot dengan berat 110 kilogram dan panjang 2,7 meter dan diameter 27 centi ini berfungsi untuk memerangi polusi di lautan akibat tumpahan minyak mentah, walau sebenarnya fungsinya baru sekadar melacak lalu menyampaikan informasi lewat radio.

Untuk problem yang sama, Amerika bergantung pada Massachusetts Institue of Technology (MIT). Melalui tim yang beranggotakan para ilmuan dan desainer handal bidang robot, kampus teknik terkenal itu mencipta Seaswarm. Robot kelahiran kampus Albert Einstaein itu adalah petarung polusi laut yang bertenaga cahaya matahari yang bisa bekerja secara otonom dengan alat bantu GPS dan Wi-fi. Bekerja membersihkan tumpahan minyak di laut lepas.

Sedangkan di Indonesia, cukuplah remaja belasan tahun yang dirundung kegelisahan akan maraknya kasus-kasus polusi laut akibat kecerobohan manusia. Bagi Indonesia, ini ancaman nyata di hadapan mata. Maklum, negeri ini merupakan negara dengan wilayah laut terhampar luas.

Robot Bonyak SMA 28 Jakarta

Rasa peduli terhadap bumi, merangsang siswa SMA 28 Jakarta mencari solusi. Bermula dari browsing di internet, Fadel Mahadika Putra, tidak sengaja menemukan pembersihan limbah minyak dengan gulungan rambut. Tanpa buang waktu lama, Fadel yang kala itu ada di kamar rumahnya bergegas memberitahu rekan-rekannya. Mereka kemudian membuat janji untuk bertemu dan berembuk.

Esoknya ia berlari sekencang-kencangnya ke sekolah yang berlokasi di daerah Pejaten , Pasar Minggu. Ia menemui teman-temannya, sesama pegiat tim Robotic SMU 28 Jakarta, yaitu Desianna Diennurchalifah dan M. Wiryahardianto. Forum kecil pun dimulai. Mereka bertukar ide, konsep, dan solusi. Tak mudah. Perdebatan hampir terjadi di tiap tahapan, terutama saat memindahkan konsep ke desain.

Akhirnya Bonyak, robot pengisap minyak pun jadi. Robot ini dikerjakan relatif singkat, yaitu selama satu bulan. Persisnya, Oktober 2011 menjelang kompetisi robotik internasional di World Robotic Olympiad (WRO) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE) November 2011.

Karena diburu waktu, proses pengerjaan robot dilakukan bagian per bagian di rumah masing-masing. Setelah itu disatukan dan dievaluasi ulang di sekolah. Membuat robot mungkin tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Untuk menciptakan robot ini mereka tidak segan merogoh kocek sebesar 4 juta rupiah. Dana tersebut didapat dari uang patungan, dan bantuan sekolah.

Dalam percobaan di kolam yang berwarna biru keabuan, robot 40×60 cm ini bergerak ke sana ke mari dikendalikan sebuah controller.  Saat menumpahkan oli kedalam kolam balon itu, air yang tadinya jernih kemudian berubah agak keruh tercampur kilat gelap dan pekat oli. Robot pun kemudian bergerak menurunkan buntalan mirip sosis berisi gulungan rambut. Gulungan itu bergerak ke sana ke mari menyapu minyak tumpah tadi. Tak memakan waktu lama, tumpahan minyak itu bersih seketika.

Bonyak merupakan jawaban atas kegelisahan mereka mencari solusi menanggulangi tumpahan minyak di laut yang kadang susah dijangkau manusia. Robot dianggap sebagai jalan keluar karena bisa dikendalikan dari jarak jauh dengan menggunakan controller.

Rencana bertolak ke Abu Dhabi pun terdengar hingga Pertamina, dan kemudian meraih simpati Pertamina EP dengan memberikan donasi kepada tim. November 2011, tim pun berangkat ke Abu Dhabi. Walau hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, namun robot Bonyak cukup banyak meraih perhatian dari juri dan pengunjung.

Kalah dari Abu Dhabi tidak membuat mereka kecil hati. Sepulangnya mereka ke tanah air mereka melakukan perbaikan untuk robotnya. Beberapa hal yang diperbaiki, antara lain keseimbangan robot saat berada di air, menguatkan dinamo penarik sehingga bisa menarik gulungan rambut yang telah menyerap banyak minyak dari bawah air ke atas permukaan. Kemudian mereka meng-upgrade kameranya jadi lebih bagus. Sistem pompa dan sistem navigasi juga diperbaiki. Hasilnya, Bonyak menggondol medali emas dalam kategori “Creative Challenge” pada International Robot Olympiad (IRO) ke-13 tahun 2011 di Jakarta.

Bonyak Pembasmi Limbah Minyak di Laut

Bonyak sebagian besar dirakit dari perangkat robotik Lego Mindstorms NXT Robot Kit, yang merupakan generasi kedua dari produk robot untuk pendidikan keluaran LEGO. Dalam perangkat Mindstorms NXT terdapat sejumlah fasilitas untuk mendukung motor dan sensor dari RCX.

Perangkat rakitan yang digunakan memang mirip dengan Lego, tapi jenis yang dipakai beda sama Lego umumnya, khusus untuk kompetisi. Supaya tetap mengapung, Bonyak ditopang rakit kecil dari bambu beralaskan 16 botol bekas air mineral. Di kedua sisinya terdapat dua turbin penggerak yang terdiri dari dinamo dalam paket servo motor.

Servo motor merupakan bagian dari perangkat Lego Mindstorms NXT Robot Kit yang fungsinya memberikan kemapuan mekanis yang dapat dikendalikan dengan bantuan rotation sensor yang sudah diintegrasikan didalamnya

Dengan menggunakan move block dalam Mindstoms NXT Education Software, motormotor penggerak bonyak akan bergerak sesuai dengan settingannya. Robot ini di lengkapi oleh kamera kecil pengintai yang bisa melihat situasi di lapangan, kemudian gambar hasil observasi akan dikirim dengan menggunakan sinyal bluetooth kepada control monitor.

Ketika robot telah sampai di koordinat yang dituju, Bonyak kemudian akan menyedot sampel air yang berada di bawah permukaan secara sembarang dengam bantuan pompa.

Robot akan mengambil dan menyedot sampling air secara sembarang dengan menggunakan semprotan air sederhana yang dibuat dari pompa wiper, yang biasa digunakan di kaca mobil. Kemudian air akan masuk ke atas kotak kaca mirip akuarium ukuran kecil yang berada di paling atas pelampung bambu. Semuanya ditunjang oleh setrum accu dengan daya 12 Volt. Berbeda dengan robot umumnya yang memiliki batere kecil.

Kemudian air yang masuk tadi akan dipindai oleh sensor ultrasonic yang disimpan sejajar di atas dan bawah kotak kaca tadi. Sensor yang saling berhadapan itu akan saling mengirim sinyal secara sinkron. Air dinyatakan terdeteksi minyak, bila air yang di rambati oleh dua sinyal ultrasonic yang saling sinkron tadi terhambat secara konstan.

Sensor ultrasonik akan mengisyarakat hal itu pada sensor suara, hingga akhirnya bunyibunyian pun hadir sebagai pertanda kepada controller pusat bahwa ada pencemaran minyak. Sinyal bisa berupa bebunyian (sound signal) maupun sinyal lainnya, yang menyatakan bahwa air tersebut mengandung minyak. Dalam jarak tempuh radius 10 meter, controller yang menggunakan remote dengan teknologi bluetooth yang dikendalikan jarak jauh akan memberikan komando pada jantung robot, yaitu NXT control module atau bisa disebut juga dengan nama NXT Brick

NTX Brick ini teknologi robotic yang bisa dihubungkan dengan komputer melalui USB atau bluetooth. Software di komputer, yang dikembangkan dari LabView National Instruments, memungkinkan kita untuk membangun rutin-rutin program secara intuitif dengan cara drag and drop blok-blok yang tersedia. NXT controller yang digunakan untuk memberi perintah dari jarak jauh kepada Bonyak dilengkapi dengan touch sensor yang dapat membuat robot bergerak untuk mengambil sesuatu.

Touch sensor berguna untuk mengetahui apakah lengan robot sudah menyentuh benda, melepas atau mencengkeramnya. Setelah positif air tersebut mengandung minyak, controller akan memerintahkan robot untuk melepaskan buntalan kain yang berisi gulungan rambut ke dalam air. Gulungan rambut di lepas perlahan dengan menggunakan kosep katrol, yaitu digerek turun dan naik dengan duo servo motor yang digerakkan oleh sepasang dinamo

Buntalan kain menyerupai sosis yang berisi rambut tadi kemudian akan menyerap minyak secara natural. Menariknya adalah rambut ini merupakan rambut manusia asli dipungut dari salon dan tukang cukur sekitar.

Setelah melewati batas waktu tertentu, gulungan kain itu kemudian akan di tarik ketas lagi secara perlahan dengan menggunakan benang untuk mengambil noda minyak yang mencemari air tadi. Pada prinsipnya adalah mencari tumpahan minyak lalu menyerapnya dengan rambut, setelah penuh kemudian akan kembali ke controller.

Memang membuat dan mengembangkan robotik itu bukan perkara mudah dengan kocek murah. Hal tersebut diamini oleh Arief yang kesehariannya mengajar teknik komputer di SMU 28. “Konsep kita adalah sebuah kegemaran, permainan, tanpa komersil, dari pada anak-anak belajar di kelas saja. Tapi dengan robotic seperti ini anak-anak bisa belajar lebih fun, mereka bisa belajar fisika, komputer dan team work juga,” katanya.

 

Bonyak, robot pembersih limbah minyak di laut – Literasi Publik

Topik: #robot #sekolah #teknologi